Dalil puasa Syawal adalah:
Dari Abu Ayyub rodhiyallahu anhu: “Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Siapa yang berpuasa Ramadhan
dan melanjutkannya dengan 6 hari pada Syawal, maka itulah puasa seumur
hidup’.” [Riwayat Muslim 1984, Ahmad 5/417, Abu Dawud 2433, At-Tirmidzi 1164]
Riwayat lain: “Barangsiapa
yang berpuasa di bulan Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari
bulan Syawal maka seakan-akan ia berpuasa setahun.”
Pada hadith
ini terdapat dalil tegas tentang dianjurkannya puasa enam hari di bulan
Syawal dan pendapat inilah yang dipilih oleh mazhab Syafi’i, Ahmad dan
Abu Daud serta yang sependapat dengan mereka. Sedangkan Imam Malik dan
Abu Hanifah menyatakan makruh. Namun pendapat mereka ini lemah kerana
bertentangan dengan hadith yang tegas ini. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala
Muslim, 8/56)
Para ulama
mengatakan bahawa berpuasa seperti setahun penuh asalnya kerana setiap
kebaikan semisal dengan sepuluh kebaikan yang semisal : Bulan Ramadhan
(puasa sebulan penuh) sama dengan (berpuasa) selama sepuluh bulan (30 x
10 = 300 hari = 10 bulan) dan puasa enam hari di bulan Syawal sama
dengan (berpuasa) selama dua bulan (6 x 10 = 60 hari = 2 bulan). (Lihat
Syarh Muslim, 4/186, Mawqi’ Al Islam, Asy Syamilah)
Jadi
seolah-olah jika seseorang melaksanakan puasa Syawal dan sebelumnya
berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, maka dia seperti melaksanakan
puasa setahun penuh.
Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa
berpuasa enam hari setelah Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa
setahun penuh. [Barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh
kebaikan semisal] (QS. Al An’am ayat 160).” (HR. Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban, dari Tsauban).
Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadith ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At
Tarhib no. 1007). Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan semisal
dan inilah balasan kebaikan yang paling minimal. (Lihat Fathul Qodir,
Asy Syaukani, 3/6, Mawqi’ At Tafaasir, Asy Syamilah dan Taisir Al
Karimir Rahman, ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, hal. 282, Muassasah Ar
Risalah, cetakan pertama, 1420 H)
Sumber: Blog Abu Azka
0 komentar:
Posting Komentar